Efesus 3:1-13 part 3


Paulus melanjutkan suratnya dengan menunjukkan bukan sekedar kerendaha hati biasa, namun merupakah kerendahan hati yang dibentuk oleh kesadaran akan betapa dirinya tidak ada apa-apanya jika melihat kemuliaan Tuhan. Paulus yang merupakan rasul yang paling banyak berperan dalam pengkabaran injil di kaum kafir atau bangsa selain Israel, mengatakan bahwa dirinya adalah yang terkecil diantara rasul-rasul lainnya. Namun dia tidak rendah diri dengan menyatakan bahwa walaupun ia adalah yang terkecil, anugerah Tuhan memberinya kesempatan dan kemampuan untuk mengabarkan injil di antara bangsa kafir agar mereka menemukan kekayaan rohani dalam Kristus.

Mengapa hal mengabarkan Injil ke bangsa yang non-Israel adalah hal yang tidak mudah? Karena bangsa Israel dengan mudah mengetahui bahwa ada janji akan datangnya Mesias dari cerita nenek moyang mereka. Sedangkan jika dibandingkan dengan bangsa lain yang tidak memiliki sejarah bersama Allah yang menyertai mereka, bagaimana mereka dapat percaya? Oleh sebab itu Paulus dalam pengkabaran Injilnya di tanah asing, selain memang dipersiapkan oleh Tuhan selama dirinya masih menjadi orang Farisi, Paulus bergantung sepenuhnya kepada Tuhan untuk berkarya dalam seluruh perjalanannya.

Di sini kita melihat dua buah sisi dari koin yang tidak mungkin terpisah. Paulus dipilih dari kaum yang intelek untuk dapat mengabarkan Injil ke tanah bangsa kafir, namun di sepanjang pengkabaran Injilnya, ia bergantung penuh kepada Tuhan. Bahkan jika kita melihat Kisah Para Rasul, disana terdapat bagian dimana Paulus ingin mengabarkan Injil ke suatu tempat, namun karena Tuhan tidak mengijinkan ia terpaksa melanjutkan perjalanannya. 2 sisi koin ini adalah berusaha sebaik-baiknya demi Tuhan dan kedaulatan Allah. Paulus terus bergantung dan taat sepenuhnya kepada Tuhan. Namun bukan berarti ia diam begitu saja dan tidak melakukan apa-apa menunggu tanda dari Tuhan. Paulus berapologetika melawan banyak orang jika memang harus, Paulus berlayar kesana-kemari untuk mengabarkan Injil, bahkan ketika dipenjarapun ia masih menulis surat untuk menguatkan jemaat-jemaat di berbagai macam tempat. Inilah hidup seseorang yang sudah diangkat menjadi anak Allah. Ia mendedikasikan hidupnya, seluruh usahanya hanya demi memuliakan Tuhan dengan mengabarkan karya keselamatan dalam Kristus. Namun diatas semua usahanya itu, ada sebuah ketaatan penuh kepada kedaulatan Allah.

Kita bisa belajar dari sini bagaimana Paulus bersyukur atas segala anugerah Tuhan yang memberikannya kesempatan untuk melayani di medan yang tidak mudah. Namun walaupun ia banyak melakukan hal-hal besar, ia tetap sadar bahwa ia adalah NOTHING. Paulus dapat merumuskan hidupnya secara benar dengan melayani dengan segenap hidup, bergantung kepada Tuhan dan tidak lupa untuk sadar siapa dirinya dan mengembalikan kemuliaan kepada Allah saja.

Kiranya kita boleh memegang prinsip Paulus ini dan menjalankannya dalam seluruh hidup kita. Agar boleh kehendak kita sinkron dengan kehendak Allah Bapa sendiri.

Comments