1 Tesalonika 2:17-3:5 part 3

Paulus memulai ayat baru ini dengan menyatakan bahwa ketika ia sudah tidak tahan lagi terpisah dengan jemaat di Tesalonika, ia mengirimkan Timotius rekannya yang sangat dekat dengan Paulus. Hal ini berarti Paulus pun ditinggalkan sendiri. Hal ini dilakukannya sebagai salah satu usahanya untuk terus memelihara gereja walaupun itu berarti mengorbankan kebutuhannya sendiri.

Dari sikap Paulus ini kita dapat belajar sebuah sifat penting dalam kekristenan, yaitu selflessness. Selflessness berarti sikap dimana kita tidak lagi mementingkan diri sendiri dan hanya mementingkan kepentingan Allah saja. Hal ini menjadi salah satu ciri-ciri umat Allah yang sejati juga. Seluruh murid-murid Yesus harus berakhir dengan tragis karena mengabarkan Injil ke berbagai tempat. Mereka bukannya tidak punya pilihan untuk kembali ke hidup mereka yang dahulu sebelum bertemu Yesus. Namun ketika Yesus memanggil mereka kembali, mereka langsung kembali dan meninggalkan segalanya lagi dan mengikut Kristus dan mengabarkan Injil.

Sikap satu ini sudah jarang ditemukan lagi di gereja sekarang. Banyak orang yang masih dianugerahi kesempatan pergi ke gereja, beribadah kepada Tuhan dan mendengarkan Firman sejati namun justru tidak memanfaatkan kesempatan tersebut. Hujan sedikit, tidak pergi ke gereja. Tidak ada yang mengantar, tidak pergi k egereja. Karena alasan-alasan sepele kita sering melupakan Tuhan. Padahal di tempat lain banyak orang yang demi beribadah saja harus mempertaruhkan nyawa.


Sebagai orang Kristen, kita harus lebih mengerti betapa pentingnya Kristus bagi hidup kita. TanpaNya hidup kita semua adalah sia-sia. Bukankah kita akan berjuang mati-matian demi orang yang kita cintai? Mari kita sekalian lebih mengasihi Allah kita yang telah lebih dahulu mengasihi kita semua. Agar hidup kita boleh menjadi hidup yang berkenan bagi diriNya. Hidup kita bukan untuk diri kita, namun untuk Kristus saja.

Comments