KPIN Jakarta 2013

Pada malam tanggal 9 November 2013, diadakan sebuah acara akbar di Jakarta. Acara ini adalah KPIN atau Kebaktian Pemaruan Iman Nasional. KPIN ini adalah seri kebaktian kebangunan rohani yang dilakukan oleh Pdt. Dr. Stephen Tong untuk 100 kota di Indonesia. Istilah ini dipakai karena sudah rusaknya istilah KKR karena banyak disalahgunakan oleh gereja-gereja yang tidak bertanggung jawab. KPIN di Jakarta ini merupakan KPIN ke-68 setelah 67 kota sebelumnya telah dikelilingi oleh hamba Tuhan berumur 73 tahun ini. Kebaktian ini diadakan di lapangan parkir dari PRJ di Kemayoran. Acara ini juga merupakan puncak acara dari KIN (Konvensi Injil Nasional) yang diadakan dari tanggal 4 – 10 November 2013.

Ketika tiba di lokasi sekitar pukul 17:00, tempat tersebut sudah ramai dengan orang dari berbagai daerah sekitar Jakarta. Bus-bus dari berbagai tempat sudah berbaris teratur di parkiran. Ada 10 ribu tempat duduk dan panggung besar yang sudah disiapkan panitia untuk acara ini. Beberapa tempat strategis sudah dibook untuk peserta dari Konvensi Injil Nasional. Setelah mendapatkan tempat duduk, saya mulai memperhatikan keadaan sekitar. Panitia-panitia sibuk berlalu-lalang. Peserta-peserta lainnya sibuk mencari tempat strategis. Para anggota paduan suara yang sibuk berbicara satu dengan lainnya. Kemudian saya melihat ke langit dan melihat suatu fenomena yang cukup unik. Selama seminggu ini Jakarta dilanda hujan yang deras setiap harinya. Namun pada saat itu, langit di atas tempat diadakannya KPIN cerah tak berawan. Ketika saya melihat ke langit di sekeliling tempat tersebut, semua sudah di tutup oleh awan gelap, hanya tempat KPIN sajalah yang tidak ditutupi awan hitam.

Acara dimulai dengan melatih lagu-lagu yang akan akan dinyanyikan dan dilanjutkan dengan doa syafaat untuk acara tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan puji-pujian dan doa pembukaan. Dilanjutkan lagi dengan 2 buah persembahan pujian dari paduan suara yang mencapai lebih dari 150 orang yang dilanjutkan persembahan pujian dari 2 orang solois luar biasa. Lalu akhirnya inti dari acara dimulai dengan kesaksian dari 2 orang.

Orang pertama yang menyampaikan kesaksiannya ialah Pdt. Liu Ming Dao dari Amerika. Beliau merupakan seorang pendeta yang dulu sebelum dipertobatkan merupakan orang pengguna narkoba dan berdagang narkoba juga. Beliau melakukan segala jenis kejahatan sampai dimasukkan ke penjara, dibuang keluar rumah oleh ayahnya dan tidak lagi diakui sebagai anak dan bahkan sampai hampir dipatahkan kaki tangannya oleh segerombol mafia. Namun akhirnya berkat doa dan keteguhan ibunya, ia menemukan Tuhan di tempat rehabilitasi Kristen tempat ia menjalani rehabilitasi dari narkoba. Kemudian, setelah bertobat, ia sempat bingung apa yang harus ia lakukan. Namun pada saat itu, ada sebuah ayat yang berbicara begitu jelas kepadanya. Lukas 22:32 berkata bahwa jika kita sudah insaf, maka kita harus menguatkan saudara-saudara kita. Pada waktu itu begitu jelas dinyatakan pada dirinya bahwa saudara-saudaranya ialah orang-orang yang menggunakan narikoba. Maka sejak saat itu, ia mendirikan tempat rehabilitasi narkoba di Amerika dan melayani disana. Tempat tersebut melayani lebih dari 3000 orang yang menggunakan narkoba. Ia bahkan kembali ke Hongkong untuk mencari orang yang dulu hendak membunuhnya dan menginjili orang tersebut.

Orang kedua adalah seorang pemuda Ev. Michael Liu. Michael sudah menjadi Kristen sejak umur 14 tahun. Ia mendapati hal baru yang sangat luar biasa dari Injil Tuhan. Ia menjadi rajin membaca Alkitab, datang ke setiap persekutuan doa, pendalaman Alkitab dan kebaktian hari Minggu. Ia bahkan sampai titik dimana ia mengabarkan Injil dengan membagikan traktat di pinggir jalan di New York. Namun tanpa ia sadari sebelumnya, ia melakukan semua pelayanan tersebut tanpa benar-benar mengerti Kristus. Tanpa benar-benar memiliki pertobatan yang sejati. Akhirnya hatinya yang masih gelap tersebut termanifestasikan keluar dan ia lambat laun menjauh dari Tuhan dan hidup dalam kegelapan. Dia melakukan banyak hal yang ia katakan ia sesali sampai hari ini. Pada suatu saat, ibunya mendapat firasat bahwa anaknya tidak beres lagi dan pergi mengunjungi anaknya. Ketika mendapati anaknya sudah hancur, ibunya sangat sakit hati, namun Michael waktu itu tetap tidak memperdulikan ibunya. Sampai pada suatu malam, ia pulang ke rumah tidak sadarkan diri sehabis mabuk-mabukan. Keesokan paginya ia bangun dan mendapati dirinya sudah berganti pakaian dan duduk di sofa. Kemudian ibunya datang dan memberikan dia biscuit dan air hangat. Kemudian Michael bertanya ke ibunya apa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya menjelaskan bahwa semalam ada segerombolan orang yang menggedor dan mengebel di pintu rumah. Ketika pintu dibuka, mereka melemparkan Michael ke dalam rumah lalu pergi. Pada malam itu ia muntah terus-menerus. Muntah di mana-mana; di bajunya dan juga di lantai rumah. Ibunya adalah orang yang dengan kasih mengganti bajunya dan membersihkan badannya dari kotoran dan juga membersihkan rumah dari muntahan anaknya. Ketika setelah mendengar hal tersebut, Michael diminta ibunya untuk mandi dengan air hangat dan ketika mandi ia sadar bahwa selama ini ia sudah begitu hina dan durhaka mengabaikan ibunya. Pada saat itu juga ia sadar bahwa ia telah menjalani hidup yang salah. Lalu ia sadar, bahwa cara yang akan menyelesaikan ini hanya ada 1, yaitu kembali bertobat kepada Tuhan. Setelah itu, ia memutuskan untuk kembali ke gereja yang ia sudah tinggalkan 3 tahun. Dalam perjalanan ke gereja, ia berpikir apakah ia akan diterima lagi setelah selama ini meninggalkan gereja dan ia bahkan tidak mengangkat telepon dari pendetanya. Namun sesampainya di gerejanya, ia menyapa pendetanya dari belakang dan ketika berbalik badan, pedeta tersebut dengan muka bersukacita berkata, “Michael, itukah kamu? Sudah berapa lama kau pergi?” Sejak saat itu, kehidupan Michael berputar 180 derajat. Ia sadar penuh alasan kenapa selama ini ia begitu tidak bersuka cita ketika hidup dalam gelap ketika ia membaca Mazmur 32:10. Ia sadar bahwa itu semua karena kejahatan dirinya. Ia bertobat dengan sejati dan menjadi hamba Tuhan.

Kesaksian tersebut begitu menggerakan hati saya. Dan ternyata bukan saya saja yang tergerak, ketika setelah kesaksian tersebut Pdt Dr. Stephen Tong mengundang orang-orang yang ingin bertobat maju ke depan altar, banyak sekali orang yang maju untuk bertobat.
Kebaktian tersebut kemudian dilanjutkan dengan kotbah Pdt. Dr. Stephen Tong. Pak Tong pada kesempatan kali ini memberikan kotbah dengan tema salib Kristus. Pak Tong menjelaskan dengan detail mengenai siapa Yesus Kristus itu. Mulai dari kelahiranNya sebagai manusia yang dilahirkan dari wanita tanpa intervensi laki-laki, sampai bagaimana Ia yang adalah Tuhan, Anak Allah yang hidup disalibkan untuk menebus hidup kita.

Kotbah ini mungkin bukan merupakan kotbah yang baru yang kita belum ketahui. Namun bagaimana Pak Tong menjelaskan dengan detail mengenai siapa Juruslamat kita itu dan semangatnya untuk tidak kompromi dengan Injil benar-benar menyadarkan saya akan siapa saya ini, betapa berdosanya hidup ini yang sudah dijalankan dengan sesuka hati. Melihat seorang kakek yang sudah berumur 73 tahun berseru dari atas mimbar agar orang-orang bertobat dan kembali kepada jalan yang benar harus membuat kita semua malu. Sebagai orang yang mengaku Kristen, namun kita tidak melakukan apa-apa. Hanya sebagai penggembira saja di pinggir lapangan.

Bersyukur Indonesia masih dikarunai seorang hamba Tuhan yang mau berteriak-teriak dan mengoreksi kebobrokan gereja-gereja pada zaman ini. Kiranya kita boleh mengaji ulang hidup kita yang katanya Kristen ini. Agar hidup kita boleh menjadi lebih suci dan serupa dengan Kristus. Sehingga hidup kita dapat dipakai olehNya untuk menjadi pembangun kerajaanNya di dunia ini.

Soli Deo Gloria!

Comments