1 Tesalonika 5:12-28 part 9

Paulus memasuki bagian terakhir dari suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika yang berisi doa, jaminan dan kesimpulan. Paulus memulai bagian terakhir ini dengan sebuah doa yang menyatakan agar kiranya Allah sang Raja Damai itu menyucikan mereka sehingga seluruh jiwa dan raga kita boleh tak bercacat ketika kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Paulus menyebutkan God of peace dengan maksud menyatakan bahwa kita mungkin disucikan karena kita sudah didamaikan terlebih dahulu dengan Allah Bapa dari murkanya terhadap dosa kita.

Hidup kita sebagai manusia tidaklah mungkin tanpa dosa. Sejak kejatuhan manusia dalam dosa pada masa Adam dan Hawa, manusia memiliki hati yang sama sekali menentang Allah. Tanpa dorongan Roh Kudus, maka kita tidak akan memiliki keinginan untuk hidup selaras dengan Tuhan. Hanya setelah kita diselamatkan melalui iman kita kepada Yesus Kristus yang telah mati di atas kayu salib, maka kita disucikan dan dari hari ke hari makin serupa dengan Kristus. Sehingga kita dapat menyambut kedatangan Kristus yang kedua kalinya pada saat penghakiman dengan tak bercela.

Sering kali kita umat Kristen terlalu sibuk melakukan banyak hal sehingga melupakan aspek pertumbuhan rohani diri kita sendiri. Kesibukan ini bahkan dapat berupa sibuk dalam pelayanan. Ketika kita diselamatkan, keselamatan itu akan diikuti dengan penyucian. Jika kita tidak bertumbuh mengenal Allah dengan lebih baik dari hari ke hari kita hidup, maka ada masalah yang serius dengan kerohanian kita. Kita mungkin saja sangat aktif atau ahli sekali dalam teologi, namun hal ini tidaklah berguna tanpa pertumbuhan yang sejati dalam diri kita.

Untuk mengenal seseorang, kita tidak saja perlu mengetahui tentang dia, namun kita harus berinteraksi langsung dengan pribadi tersebut. Hal ini dapat dianalogikan bahwa kita mengetahui rasa apel itu manis, apel itu sehat, apel itu ada bijinya dll. Namun sampai kita memakan apel tersebut dan benar-benar beinteraksi dengan apel tersebut, kita tidak akan dapat melihat kenyataan dari apa yang kita bayangkan mengenai apel tadi. Sama seperti dengan hubungan kita dengan Allah. Kita mungkin mengetahui Allah dari Alkitab, belajar teologi atau mendengarkan kotbah. Namun tanpa relasi yang intens dalam pergumulan dan doa, maka mustahil kita dapat mengenal Allah kita itu seperti apa.


Oleh sebab itu, mari kita semua orang percaya boleh terus bergumul dan berinteraksi dengan Tuhan kita. Supaya tercipta hubungan yang semakin lama semakin erat dan kita boelh dituntunNya satu langkah demi satu langkah dalam hidup ini yang berujung kepada pribadi Kristus yang sempurna itu. Hingga kita dapat dipakai Allah menjadi saksiNya di dunia ini dan hidup memuliakan Bapa dan berkenan bagiNya.


Comments