Introduction to Gospel According to John

Injil Yohanes merupakan Injil terakhir dalam Alkitab dari keempat Injil. Injil ini ditulis oleh rasul Yohanes yang merupakan salah satu dari 12 murid Yesus ketika di bumi. Terlebih lagi rasul Yohanes merupakan salah satu dari tiga murid lingkar dalam Yesus bersama Petrus dan Yakobus. Hal lain yang unik dari rasul Yohanes adalah bahwa ia adalah satu-satunya rasul yang tercatat dalam Alkitab yang berada di bawah salib ketika Yesus disalibkan ketika rasul-rasul yang lain tidak berada disana. Hal ini merupakan suatu indikasi bahwa Yohanes memiliki relasi yang dalam dengan Yesus ketika berada di dunia. Hal ini juga (beserta dengan konteks original audience dari Injil ini) yang mungkin membuat Injil ini begitu berbeda dengan tiga Injil lainnya (yang sering disebut Injil sinoptik).

Konteks penting yang kita harus ketahui lainnya adalah original audience dari Injil ini. Rasul Yohanes menuliskan Injil ini ditujukan kepada orang yang tinggal di kerajaan Roma baik orang Yahudi maupun orang non-Yahudi. Hal ini yang menyebabkan dalam beberapa kesempatan, Yohanes memberikan alih bahasa untuk beberapa istilah yang khusus yang tidak dimengerti kaum non-Yahudi maupun sebaliknya. Pembaca asli dari Injil Yohanes juga merupakan orang-orang yang memiliki latar belakang mengenal filsafat Yunani serta paham Stoicism dan Gnosticism.

Pada filsafat Yunani, orang meninggikan sekali rasio dan kebijaksanaan. Mereka percaya ada suatu kuasa yang besar yang di luar bumi yang mereka sebut Logos(λόγος). Istilah yang sama digambarkan Yohanes sebagai Kristus pada Yohanes pasal yang pertama. Yohanes langsung mengasosiasikan Logos yang begitu tinggi tersebut dengan pribadi Kristus yang berinkarnasi memiliki tubuh menjadi manusia. Hal ini merupakan suatu yang sangat dekat di pikiran orang-orang yang mengenal filsafat Yunani pada zaman itu.

Sedangkan pada paham Gnosticism, orang percaya bahwa manusia yang lebih tinggi adalah manusia yang dicerahkan dan mencapai pengetahuan(gnosis) yang tinggi. Konsep dicerahkan ini dipinjam Yohanes untuk menjelaskan natur Kristus yang menjadi terang di tengah kegelapan. Tak heran jika di dalam Injil ini banyak sekali terdapat konsep bahwa Kristus adalah terang. Hal ini digunakan untuk secara langsung menyerang ke konsep dicerahkan yang salah milik Gnosticism.

Sebagai penutup, Injil Yohanes sama dengan ketiga Injil lainnya dalam Alkitab yang memiliki tujuan untuk bercerita mengenai Kristus sang juru selamat. Kiranya dengan mengerti latar belakang penulisan dari Injil ini, kita dapat lebih dalam mengerti apa yang hendak disampaikan Tuhan kepada manusia melalui Injil ini.


Comments