Kekristenan yang Hidup di Istana

Seusai perbincangan dengan seorang teman beberapa waktu lalu, saya merasa sangat resah. Pada perbincangan tersebut, teman saya membukakan kenyataan buruk yang terjadi disekeliling kita di Indonesia yang sering kali kita sengaja tutup mata dan tidak mau terlalu memikirkannya. Terkadang kita tahu bahwa banyak keburukan-keburukan terjadi di sekeliling kita, namun karena kita sangat terlatih untuk mempreservasi diri kita pribadi atau keluarga kita, kita berakhir acuh tak acuh tentang keburukan tersebut karena mengetahui dengan pasti ikut campur akan merugikan bagi kita.

Perbincangan ini berpusat pada ketidakadilan dan isu-isu hak asasi manusia (HAM) di Indonesia dan bagaimana media besar yang begitu bias melaporkan kejadian di lapangan. Teman saya yang terbeban mengetahui isu-isu ini sejak 1 tahun terakhir telah berusaha mengikuti berbagai webinar-webinar terkait dengan HAM dan bahkan berusaha mengikuti persidangan hanya untuk mengetahui apa yang terjadi pada persidangan yang ada. Hasil dari usaha dari teman saya adalah fakta-fakta yang mencengangkan. Ia menceritakan berbagai kasus yang sangat mengiris hati terjadi pada persidangan-persidangan tersebut, mulai dari bagaimana kebanyakan orang yang terdakwa tidak benar-benar bersalah dan hanya berada di pengadilan karena polisi yang mengada-adakan kasus untuk pamor pribadi, sampai tahanan sementara yang diperlakukan semena-mena namun harus menandatangani suatu dokumen bahwa telah diperlakukan dengan baik untuk dapat keluar dari tahanan. Banyak detail-detail yang tidak disebutkan karena bukan menjadi fokus dari artikel ini yang sangat memilukan hati. Terlebih hal-hal seperti ini tidaklah menjadi sorotan dari media-media besar yang jika menyorotpun akan membelokkan fakta sesuai yang mereka butuhkan.

Ketika fakta penderitaan orang-orang kecil dan ketidakadilan terjadi di negara ini memilukan hati, ada satu fakta lain lagi yang lebih membuat saya resah. Dimanakah orang Kristen?

Orang-orang Kristen dipanggil untuk menjadi terang di dunia dan berdampak bagi orang-orang di sekeliling kita sesuai dengan konteks kita masing-masing. Namun teman saya menyatakan suatu fakta yang menyedihkan walau dapat diduga: hampir tidak ada orang Kristen pada forum-forum HAM yang ia hadiri, apalagi orang keturunan Tionghoa.

Orang Tionghoa dari konteks sejarah dan pemikiran memang dilatih untuk mengutamakan preservasi dari diri dan keluarga. Bergereja di gereja dengan banyak orang Tionghoa tetap tidak mengubah paradigma preservasi ini. Di suatu sisi kita sering mengatakan bahwa orang-orang tidak percaya di luar gereja tidak mengenal kebenaran yang sejati dan hanya orang Kristen yang menerima wahyu khusus dari Allah yang memilikinya. Namun hal yang ironis adalah, orang-orang yang tidak mengenal kebenaran itu adalah orang-orang yang berjuang mati-matian untuk membela orang-orang kecil yang diperlakukan tidak adil padahal orang-orang kecil ini sama sekali tidak berhubungan darah dengan mereka. Sementara, orang Kristen yang mengenal kebenaran, mengenal kasih yang sejati sedang mempelajari teologi dan mengikuti pendalaman alkitab di gereja pada ruangan yang ber-AC. Saya bisa membayangkan, ketika ditanya kenapa tidak ikut turun membela orang-orang kecil mungkin orang Kristen akan menjawab, "Oh memang dunia politik itu beda sphere dengan gereja."

Mungkin jawaban tersebut dapat diterima (dengan berat hati) jika diucapkan oleh seorang Hamba Tuhan yang melayani secara penuh waktu di gereja karena memang hidup mereka dipanggil untuk melayani di gereja (walaupun tidak berarti mereka dapat acuh tak acuh mengenai hal ini). Namun sebagai jemaat yang memang seharusnya dikirim ke luar gereja untuk bersaksi di luar sana, mana perwakilan kita dipembelaan hak orang kecil ini?

Hal ini membuat saya gelisah dan teringat akan bagian Alkitab mengenai perumpamaan mengnai orang Samaria yang baik hati. Perumpamaan itu diberikan oleh Yesus untuk menjawab pertanyaan kepada siapakah saudara yang kepadanya manusia harus berbuat baik. Dalam perumpamaan ini, ada suatu ironi dimana yang akhirnya membantu orang Israel adalah orang Samaria yang menjadi musuh orang Israel selama berabad-abad. Orang Samaria tersebut menolong orang yang membutuhkan ketika orang tersebut tidaklah ada hubungan apa-apa dengan dirinya. Bagaimana dengan kita orang Kristen di Indonesia?

Tentu belajar doktrin yang benar dan mendalami Alkitab bukanlah hal yang salah dan tentu tidak semua orang dipanggil untuk terjun dalam membela HAM. Tapi saya percaya, kita sebagai orang Kristen tidak dipanggil untuk belajar teologi dan Alkitab di istana mewah dan tidak melihat kesulitan orang-orang di luar tembok gereja. Walau tidak terjun langsung membela, harusnya ketidakadilan ini membuat hati orang Kristen terbeban dan paling tidak mendoakan hal ini.

Kiranya kita sebagai orang Kristen dapat lebih membuka mata dan tidak hanya mementingkan preservasi diri dan keluarga kita dan menjadi terang dan garam di dunia ini.


Comments