Perikop kali ini melanjutkan tema yang dia bawa dari perikop
sebelumnya mengenai keselamatan manusia. Paulus mengawali perikop ini dengan
menyatakan keadaan kita yang harusnya adalah kaum kafir. Kita harusnya adalah
kaum yang tidak menerima perjanjian dengan Allah kita sebagai umat yang
diselamatkan. Kita bahkan terasingkan dari kaum Israel yang terpilih itu.
Ketika kita melihat kembali dan merenungkan kata-kata Paulus
di awal perikop ini. Kita harusnya merasa bersyukur atas hidup kita yang
sekarang. Banyak orang percaya bukannya bersyukur karena kehidupannya yang
sekarang. Justru kita menyalahkan Tuhan jika hal buruk menimpa kita
kadang-kadang. Betapa kurang ajarnya kita semua! Kita semua adalah ibarat orang
tunawisma yang diambil oleh Tuhan kita dan dijadikan anak olehNya. Namun kita
justru bukannya berterima kasih malah menjadi anak yang tidak tahu diri.
Hidup ini adalah pemberian Tuhan. Pemiliknya pun bukan kita,
namun Tuhan yang menciptakan. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya kita sebagai
umat yang dipilih Tuhan bersyukur kepada Tuhan karena telah memilih kita sejak
dunia belum dijadikan, karena tanpaNya hidup kita adalah hidup yang sia-sia
belaka, harus mempertanggungjawabkan hidup yang satu kali ini terhadap Tuhan
yang suci. Cara mempertanggungjawabkan sudah dibahas di perikop-perikop
sebelumnya: yaitu dengan hidup sesuai rancangan kita.
Marilah kita sekalian melihat hidup kita k ebelakang. Bukan
untuk ditangisi atau kita diami, namun justru untuk kita syukuri karena kita
telah meninggalkan hidup lama dan hidup dalam perjanjian dengan Tuhan kita.
Comments
Post a Comment