Selanjutnya, Paulus mengatakan sebuah kalimat menarik bahwa
karena Injil yang dibahas di bagian perikop sebelumnyalah, ia dipanggil menjadi
hambaNya dalam kedaulatan Tuhan dan juga anugerahNya. Kenapa statement ini
begitu menarik? Karena kita tahu bahwa Paulus bukanlah orang biasa-biasa saja sebelum
mengenal Kristus.
Paulus yang dulu dipanggil Saulus adalah seorang Farisi yang
ternama. Menjadi seorang Farisi berarti menjadi seseorang yang dari sejak dini
sudah diberi ajaran mengenai kitab suci orang Israel zaman itu. Saulus juga
terkenal sebagai orang yang mengainiaya jemaat. Namun seperti yang ia sampaikan
di surat FIlipi, semuanya itu ia anggap sampah ketika bertemu dengan Kristus.
Jika kita melihat, bahwa Injil dapat mengubah seorang Saulus
menjadi Paulus, mengubah orang yang menganiaya jemaat menjadi pengabar Injil,
maka tentu kita tahu bahwa Injil dapat mengubah kita semua. Setiap nabi-nabi
dan rasul-rasul mengalami perubahan drastic dalam hidup mereka. Jika Injil yang
sama yang diberitakan kepada mereka dapat merubah hidup mereka, kenapa Injil
tersebut tidak dapat merubah hidup kita? Pasti bias! Kita yang dahulu merupakan
orang yang hilang dan selalu berbuat dosa, dapat diubah menjadi berkat bagi
orang lain. Pertanyaannya adalah, apakah kita mau dan rela untuk dibentuk?
Seperti kata John Owen, Roh Kudus tidak akan bekerja melawan
kita, Ia bekerja seturut dengan keinginan kita yang diberikan oleh Bapa. Jadi
untuk dapat berubah, kita harus mencintai Tuhan dengan REAL, barulah kita dapat
memiliki keinginan yang tulus untuk berubah lebih menyerupaiNya. Hanya dengan
demikianlah, Injil tersebut dapat mengubah kita semua.
Kiranya dalam hidup ini, kita boleh terus rela dibentuk dan
terus mencari Tuhan dalam seluruh hidup kita. Agar hidup yang satu kali ini
hanya ada untuk memuliakan namaNya.
Comments
Post a Comment