Poin selanjutnya yang Paulus bahas dalam berjalan dalam
kasih adalah mengenai perkataan. Sekali lagi Paulus mengangkat topik mengenai
bagaimana kita menggunakan mulut kita. Namun Paulus memfokuskan pada bagaimana
kita harus mengucap syukur. Paulus mengatakan, janganlah kiranya kita berbicara
hal yang kosong, lalu ia mengontraskannya dengan mengucap syukur.
Paulus mengontraskan omongan yang kosong dengan mengucap
syukur. Omongan yang kosong dapat diartikan sebagai omongan yang tidak berisi
atau tidak penting. Omongan seperti ini tidaklah memiliki tujuan yang jelas,
ataupun dampak positif. Karena itu Paulus membandingkanya dengan mengucap
syukur. Mengucap syukur yang benar hanya memiliki satu tujuan, yaitu memuliakan
nama Bapa di Sorga. Selain memiliki tujuan yang jelas, mengucap syukur memiliki
isi yang jelas, yaitu mengembalikan kemuliaan kepada Bapa saja. Oleh karena
perbedaan inilah Paulus mengontraskan kedua hal ini.
Dari dua penjelasan di atas, kita dapat melihat hidup kita
sehari-hari. Bagaimankah kita harus berkata-kata dalam hidup ini? Apakah kata-kata
yang kita keluarkan sudah bertujuan yang benar? Apakah setiap dari kata-kata
yang kita lontarkan berisi pengembalian kemuliaan kepada Allah Bapa? Paulus
sekali lagi menegur kita gereja Tuhan. Kita yang seharusnya menjadi berkat bagi
banyak orang, akhirnya menjadi penghambat. Dan kesalahan ini kebanyakan
disebabkan bagaimana kita salah menggunakan mulut kita untuk berkata-kata.
Marilah sekalian umat Tuhan yang sudah dipilihNya, kiranya
kita menggunakan mulut kita hanya untuk memuliakan Nama Tuhan saja. Mari kita
buang kata-kata yang kurang bermakna dan tidak membangun. Supaya kita dapat
dipakai lebih oleh Tuhan untuk membangun kerajaanNya.
Soli Deo Gloria
Comments
Post a Comment