Jadi, pada keseluruhan dari prikop ini, Paulus mengangkat
tema berjalan dalam ketaatan untuk jemaat di Efesus. Untuk menggambarkan
ketaatan ini, Paulus memberikan tiga contoh relasi yang sering kali memiliki
masalah dalam ketaatan: suami dan istri, orang tua dan anak dan hamba dan
tuannya. Dalam tulisannya, Paulus selalu membandingkan masing-masing relasi
kepada bagaimana Tuhan berelasi dengan umatNya. Dari sana lah kita bisa melihat
berbandingan dengan standar sejati yang absolut.
Hal pertama yang harus kita waspadai dari perikop ini adalah
bagaimana dunia berdosa ini berusaha untuk membalikkan ordo yang diciptakan
Tuhan sendiri. Tuhan menciptakan ordo dimana yang di bawah haruslah taat kepada
yang di atasnya, sedangkan yang diatas harus mengasihi yang di bawah. Hal ini
sendiri digenapi oleh hubungan Kristus dengan gereja. Hanya jika kita mengacu
kepada standar inilah kita bisa menghindari kekacauan yang timbul dari
pergeseran ordo ini.
Hal kedua yang harus dipelajari adalah bagaimana kita
sebagai orang yang memiliki posisi di bawah (istri, anak dan hamba) harus dapat
taat kepada siapa yang diatas kita. Taat adalah hal yang sulit dilakukan oleh
manusia. Setiap manusia memiliki keinginan masing-masing dan ingin keinginannya
terlaksanakan. Hal ini menyebabkan seorang manusia sangat sulit untuk taat
kepada orang lain, terlebih lagi taat dengan rela. Satu-satunya cara bagaimana
kita bisa taat dengan rela adalah dengan mengingat kembali bagaimana Kristus
telah mengasihi kita. Hanay dengan demikian, kita dapat mengasihi orang yang di
atas kita dengan tulus hati seperti Kristus yang telah lebih dahulu mengasihi
kita.
Hal yang terakhir yang perlu diingat adalah sedekat apapun
kita dengan orang yang di bawah kita, kita harus dengan jelas memberikan
batasan siapa yang memiliki ordo lebih tinggi. Hal ini harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya sisi ekstrim sebaliknya dari memberontak karena terlalu
jauh. Jika kita terlalu dekat tanpa menyatakan siapa yang berordo lebih tinggi,
maka ada kemungkinan untuk orang yang di bawah kita menajdi hilang respek
terhadap kita dan menganggap kita setara. Hal ini sama saja dengan merusak ordo
yang sudah ada sejak penciptaan dan akan menimbulkan kekacauan.
Kiranya kita semua boleh ikut berjalan bersama dalam
ketaatan. Bukan ketaatan karena dipaksa, namun ketaatan yang rela dengan tulus
dilaksanakan karena kita telah melihat terlebih dahulu bagaimana Tuhan
mengasihi kita dan mengambil ktia sebagai umatNya.
Comments
Post a Comment