Perikop ini menyatakan bahwa ujung dari semua pembelajaran
kita adalah peperangan melawan iblis di dunia ini. Karena yang kita lawan
bukanlah mahluk hidup yang berdaging dan darah, maka kita tidak bisa melawannya
dengan kemampuan bela diri kita maupun dengan senjata-senjata duniawi seperti
pistol dan lainnya. Lawan kita adalah roh, oleh sebab itu, Paulus memberikan
rincian atas pelengkapan perang Allah.
Dalam menggambarkan perlengkapan perang Allah ini, Paulus
menganalogikan kita, umat Tuhan, sebagai seorang prajurit tentara Romawi.
Analogi ini begitu tepat menggambarkan kita dalam berbagai macam hal. Untuk kaitan
dari setiap perlengkapan sudah dibahas di beberapa posting sebelumnya. Namun
masih ada beberapa aspek yang belum dibahas mengenai integrasi dari seluruh
baju perang ini.
Yang pertama adalah bagaimana tentara Romawi berperang. Jika
kita melihat film-film yang menceritakan mengenai peperangan zaman kerajaan
Romawi Berjaya, kita bisa melihat dengan jelas bahwa tentara Romawi tidak
berperang sendirian. Mereka selalu membentuk sebuah formasi yang kokoh
bersama-sama. Ini menjadi salah satu kunci kemenangan tentara Romawi di setiap
perang mereka. Hal ini dapat kita proyeksikan ke kehidupan kekristenan kita.
Kita sebagai orang Kristen dipanggil untuk berperang secara kommunal, bukan
berperang sendirian. Kita dipanggil untuk berperang dalam formasi yang
membentuk satu tubuh Kristus dalam gereja. Oleh sebab itu, orang Kristen wajib
bersekutu! Dengan bersekutu, kekuatan kita untuk memberikan impact dan
menyatakan Tuhan ke dunia akan bertambah. Dengan bersekutu pula kita dapat
bertumbuh bersama dan saling menjaga satu sama lain.
Poin yang lain adalah bagaimana Paulus menggambarkan ikat
pinggang sebagai kebenaran dan pedang yang disarungkan di ikat pinggang tersebut
sebagai Firman Tuhan. Hal ini seolah-olah ingin mengatakan bahwa kebenaran dan
Firman Tuhan adalah satu. Bahkan dapat dibilang Firman Tuhan adalah inti dari
kebenaran itu, bagai pedang yang disarungi. Senjata yang harus kita sandang ini
adalah senjata yg merupakan kebenaran itu sendiri. Yang harus kita lakukan
adalah kita tidak bisa menerima saja kebenaran ini, kita harus mengekstraknya
dan menjadikannya senjata bagi kita.
Poin yang terakhir adalah bagaimana Paulus menggambarkan
setiap perlengkapan ini dengan kata benda bukan kata sifat. Penggambaran Paulus
ini membuat lebih jelas, bahwa perlengkapan ini bukanlah sifat yang muncul dari
dalam manusia, namun merupakan sesuatu yang diberikan oleh Tuhan agar kita bisa
kenakan dan pakai untuk melawan musuh kita di dunia ini.
Kiranya kita semua boleh berperang dengan mengacungkan
Firman Tuhan yang adalah kebenaran itu, dan melangkah maju terus dengan
kerelaan memberitakan Injil sebagai kasut kita. Serta terus bertahan menghadapi
serangan lawan dengan perisai, baju zirah dan ketopong kita dan terus mengikat
erat ikat pinggang kita untuk mempersiapkan perang yang panjang ini. Kiranya
hanya nama Tuhan kita Yesus Kristus yang dipermuliakan dalam perang ini.
Soli Deo Gloria!
Gambar diambil dari: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCx12SBJAvnZIalCh86OPEwwQEUVHyEKwV0m_nJtnXfwhzz5OxETi1jLPf5F16OyKrrzASVI_572456uXLYcAyxBog8BXo945AtVUXmJFKLTZ65LSkmg_gCnjLW1Q1vN7M8TX7jQata7QY/s1600/roman-army-04.jpg
Comments
Post a Comment