Selanjutnya Paulus memberikan sisi lain dari hubungan orang tua
dan anak, yaitu apa yang harus dilakukan orang tua. Paulus mengatakan hendaknya
orang tua yang diwakili oleh sosok ayah, tidak membawa anak kepada kemarahan,
melainkan membawa mereka kepada disiplin dan perintah-perintah dari Tuhan.
Sebagai komplemen dari anak yang harus taat dan hormat
kepada orang tua, orang tua haruslah tidak membawa anak-anak mereka kepada kemarahan.
Kejadian dimana seorang anak marah kepada orang tuanya bukanlah kejadian yang
sering terjadi. Sebagai pihak yang memiliki ordo yang di bawah orang tua, pada
umumnya seorang anak hanya akan mengalami kekecewaan atau kesedihan. Kemarahan
hanya akan timbul di suatu titik dimana perasaan hormat kepada orang tua itu
hilang. Hilangnya rasa respect dari
anak kepada orang tua hanya bisa disebabkan satu hal, yaitu kesasian hidup
orang tua sudah benar-benar keterlaluan.
Sebagai orang tua, hendaknya kita memperhatikan kesaksian
hidup kita. Bagaimana seorang orang tua hidup akan sangat mempengaruhi cara
hidup anaknya kelak. Seorang yang rajin akan memotivasi anaknya untuk rajin
juga. Begitu pula seorang yang malas anak dicontoh anaknya yang kemudian akan
menjadi anak yang malas juga.
Oleh sebab itu Paulus
mengatakan hendaknya kita membawa anak kita kepada disiplin dan perintah dari
Tuhan. Karena hanay dengan mengenal disiplin Tuhan yang absolut, seorang anak
dapat melihat hidup orang tua mereka dengan benar. Tentu saja untuk
memperkenalkan hal ini harus melewati kesaksian hidup dari sang orang tua.
Kiranya setiap orang tua boleh mengaji kembali kesaksian
hidup mereka. Apakah kehidupan kita sudah sesuai dengan Firman Tuhan? Sehingga kita
boleh membawa anak kita kepada Firman yang sama yang sudah diterima oleh kita
terlebih dahulu.
Comments
Post a Comment