Paulus melanjutkan kembali dengan menyatakan bahwa ia
bersyukur karena jemaat Tesalonika menerima Injil yang mereka beritakan sebagai
kata Tuhan seperti seharusnya. Hal ini menjadi pembukaan Paulus untuk
meyakinkan jemaat di Tesalonika bahwa mereka adalah umat pilihan Allah.
Terlebih lagi Paulus menyatakan bahwa bukti dari respon jemaat di Tesalonika
adalah bahwa Injil ini tidak saja disimpan namun disebarkan dan hidup pada
jemaat Tesalonika.
Hal ini membawa pesan yang dapat kita renungkan. Ketika
Paulus mengatakan jemaat Tesalonika menerima Injil seperti seharusnya, yaitu
sebagai Firman dari Allah, bagaiman dengan respon kita sendiri? Jika kita
melihat kembali setiap Firman yang diberitakan dan kita terima, apakah kita
sudah meresponinya dengan benar? Apakah kita sudah menerima Firman tersebut seperti
seharusnya sebagai isi hati Allah sendiri?
Saya yakin pada sebagian besar kesempatan, kita tidak
menganggap Firman itu seperti sebagaimana seharusnya. Jika kita sadar bahwa
Injil yang diberitakan adalah Firman Allah secara penuh, maka kita akan
menjaganya, memeliharanya dan bahkan menghidupinya seperti jemaat di
Tesalonika. Hanya jika Firman yang kita terima kita anggap begitu berharga dan
kita hidupi maka Firman itu dapat menyelamatkan kita. Jika tidak demikian, maka
percuma kita mendengar kotbah atau membaca buku berkali-kali.
Kiranya kita melembutkan hati kita dan mau tunduk kepada
Friman Allah. Menganggap Firman Allah sebagai isi hati dari Allah dan dengan
demikian menjaganya baik-baik dan menghidupinya. Agar hidup ktia boleh berkenan
bagi Allah saja.
Gambar diambil dari: http://www.stpatselkhorn.org/portals/0/bible-Sunlight.jpg
Comments
Post a Comment