Paulus melanjutkan kembali suratnya dengan menyatakan
mengenai penderitaan jemaat mula-mula. Paulus mengatakan salah satu aspek dalam
mencontoh jemaat mula-mula adalah dengan mendapatkan penderitaan yangs ama
dengan mereka. Mereka menderita sama seperti jemaat mula-mula yang dianiaya orang
Yahudi yang membunuh Kristus dan para nabi, serta mengusir Paulus dan
rekan-rekannya dan membuat Allah kecewa serta melawan seluruh umat bangsa.
Setelah membahas bagaimana mencontoh teladan yang benar
beberapa waktu yang lalu, Paulus kali ini menambhakan aspek dalam hal tersebut.
Meneladani tidak hanya berarti mencontoh hal-hal postifi saja dari seseorang.
Namun meneladani memiliki unsur rela menerima konsekuensi dari mencontoh teladan
tersebut. Dalam hal mencontoh Kristus, kita harus rela menerima konsekuensi
menderita agar kehendak Allah Bapa terwujud juga seperti Kristus.
Mengikut Kristus dan mencontoh hidupnya bukanlah pekerjaan
yang mudah. Keberadaan hidup Kristus bukahlah untuk kesenangan, popularitas
ataupun kekuatan seperti tujuan hidup banyak orang di dunia ini. Hidup Kristus
hanya untuk satu tujuan, yaitu menggenapi kehendak Bapa. Jika kita ingin mengikuti
teladan utama kita ini, kita harus menerima konsekuensi dari usaha menggenapi
kehendak Bapa. Konsekuensinya tidak lain lagi adalah berbeda dari dunia ini.
Mungkin sebagian besar kita yang dapat membaca ini tidak
harus mengalami penderitaan atau penganiayaan secara fisik. Namun dalam
kedamaian ini, apakah kita masih mengikuti dan mencontoh Kristus? Mencontoh
Kristus berarti menjauhi dunia ini. Ini juga berarti bahwa hidup kita harus
berbeda dengan orang-orang lain di luar sana. Jika kita benar-benar meneladani
hidup Kristus, maka pasti orang lain akan mulai mencemooh kita dan mulai
menjauhi kita dan kita harus menerima ini. Karena penganiayaan secara non-fisik
ini pun merupakan konsekuensi yang harus kita hadapi jika mau meneladani
Kristus.
Jadi jika dalam benak kita mengikut Kristus dalah hal yang
menyenangkan dan tidak ada beban, maka mungkin yang anda ikuti bukan lah
Kristus dalam Alkitab. Karena dengan jelas sekali dalam sepanjang hidup Kristus
dalam Alkitab, tidak ada momen dimana Dia bersenang-senang dan menikmati hidup
tanpa beban sama sekali. Sepanjang hidup Kristus digunakanNya untuk memenuhi
kehendak Bapa saja, bukan kehendak diri.
Kiranya kita semua sadar akan kenyataan ini, bahwa hidup
sebagai orang Kristen bukanlah hidup untuk nyaman. Namun hidup untuk memuaskan
hati Bapa di Sorga saja melalui anakNya Kristus.
Gambar diambil dari: http://www.dec.ny.gov/images/legal_protection_images/lostopener.jpg
Comments
Post a Comment