Paulus memulai perikop baru ini dengan menyatakan mengenai
absennya mereka dari Tesalonika untuk beberapa saat. Akibat dari penganiayaan
yang hebat, para penginjil akhirnya harus meninggalkan Tesalonika untuk
sementara waktu. Kunjugan Timotius ke Tesalonika mengakhiri masa absennya para
penginjil dari tempat tersebut. Hal ini perlu dinyatakan kepada jemaat
Tesalonika sebagai penegasan bahwa mereka tidak meninggalkan jemaat. Untuk mempertegas
hal tersebut, Paulus menyatakan bahwa mereka boleh dipisahkan secara fisik,
namun secara hati masih bersatu.
Hal ini memberikan peringatan bagi kita sebagai jemaat
Kristen pada zaman ini. Gereja merupakan persatuan yang tidak hanya dibatasi
oleh kontak fisik saja. Gereja merupakan kesatuan dalam kekekalan yang tidak
dibatasi ruang dan waktu. Paulus menyatakan jika terpaksa ada perbedaan jarak
antara dia dan jemaat, itu tidak membuat mereka terpisah secara hati. Ini
menunjukkan betapa Paulus mengasihi jemaat-jemaat gereja di tempat-tempat lain.
Kemudian kita sekarang sebagai bagian dari gereja Tuhan
haruslah beripikir demikian, “Sudahkah saya menjadi seorang anggota gereja yang
memiliki hati seperti Paulus?” Sering kali kita merasa bahwa kita sudah menjadi
bagian dari gereja karena kita sudah pergi ke gereja lokal setiap minggu,
mengikuti kebaktian Minggu dan mungkin melayani. Namun pergi ke gereja dan
mengikuti kebaktian bukanlah ciri-ciri orang yang memiliki hati untuk gereja
Tuhan.
Paulus memberikan salah satu contoh tindakan yang menjadi
ciri gereja yang sejati: memilki hati untuk gereja. Bagaimana Paulus peduli
kepada jemaat haruslah kita miliki. Ketika kita terpisah dengan gereja lokal,
masihkah kita memikirkan gereja kita tersebut?
Kiranya kita menjadi anggota gereja yang emmiliki hati pada
gereja Tuhan. Ketika kita terpisah seperti Paulus terpisah dari jemaat
Tesalonika, janganlah kita berhenti mengasihi gereja kita.
Comments
Post a Comment