Paulus membuka perikop baru ini dengan menceritakan mengenai
kabar baik yang Timotius bawa ketika ia kembali dari mengunjungi jemaat di
Tesalonika. Paulus yang tadinya sangat khawatir memikirkan jemaat di Tesalonika
begitu terhibut dengan kabar dari Timotius yang menyatakan bahwa jemaat di
Tesalonika juga merindukan Paulus seperti ia merindukan mereka.
Sukacita yang dirasakan Paulus ketika mendengar kabar baik
mengenai iman jemaat di Tesalonika ini adalah hal yang patut diperhatikan.
Sebelumnya Paulus memiliki kegundahan hati karena khawatir akan kondisi iman
jemaat Tesalonika. Dalamnya kekhawatiran Paulus terbukti nyata ketika kabar baik
diterimanya dari Timotius. Ia mengatakan bahwa ia terhibur oleh karena fakta
bahwa jemaat Tesalonika merindukannya juga. Hal ini sekilas tampak lazim. Namun
dapatkah kita berempati terhadap perasaan Paulus yang begitu mencintai jemaat
Tuhan sedemikian rupa?
Kasih Paulus kepada jemaat Tuhan begitu nyata terlukis di
kekhawatiran dan sukacitanya. Paulus bukan bersuka cita karena mendengar tidak
ada aniaya di Tesalonika atau mereka dapat makan yang cukup. Satu hal utama
yang membuat Paulus bersukacita ialah, bahwa iman yang dimiliki jemaat
Tesalonika tidaklah padam oleh karena tantangan yang mereka alami. Paulus
dengan tepat menunjuk poin penting dalam kehidupan manusia, yaitu IMAN.
Bagaimana hidup kita dalam mengasihi sesama manusia pilihan
Allah? Apakah kita mengasihi dengan memikirkan dan mendoakan aspek terpenting
dalam orang tersebut. Mari kita bersama-sama belajar dari bagaimana Paulus
bersikap. Kiranya hati kita boleh terbeban dengan kondisi saudara-saudara kita
yang menderita dan mengalami penganiayaan dan mendoakan agar Tuhan memberikan
mereka iman yang tidak tergoyahkan melainkan dapat mempertobatkan orang lain.
Gambar diambil dari: http://www.elfrutodelaoracion.ca/wp-content/uploads/2012/09/Fotolia_40279966_Subscription_Monthly_XL-1024x682.jpg
Comments
Post a Comment