Pada kelanjutan dari perikop ini, Paulus
menguatkan jemaat di Tesalonika dengan kembali mengatakan bahwa oleh karena
Kristus kita diloloskan dari amarah Allah untuk diselamatkan. Sehingga kita tidak
perlu khawatir bahwa kita masih hidup atau sudah mati saat Kristus datang,
karena semua akan dihakimi dan bersatu dalam kekekalan.
Paulus kali ini melihat keselamatan dari
sisi bagaimana Allah telah melalukan kita orang percaya dari amarahNya melalui
penebusan AnakNya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus. Kematian Kristus di kayu
salib membuat kita selamat dari amarah Allah dan sebagai gantinya Kristuslah
yang menerima amarah BapaNya sendiri. Sampai di atas kayu salib Dia berteriak, “Allahku
Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Hal ini menunjukkan kepedihan yang
dirasakan Kristus di atas kayu salib.
Ini menjadi refleksi bagi kita sekali lagi
untuk melihat diri kita. Sudahkah kita melihat kasih Kristus yang begitu besar
di atas kayu salib itu? Apakah kita sudah sadar bahwa untuk setiap dosa yang
kita lakukan, besar ato kecil, darah itu mengalir membersihkan kita? Jika
memang benar kita sadar, maka hidup kita pasti dihidupi dengan penuh tanggung
jawab. Menjauhi dosa dan hidup terus tertuju padaNya.
Kiranya kita selalu mengingat bahwa kita
adalah umat yang diselamatkan karena anugerahNya. Allah telah mengorbankan
AnakNya yang tunggal demi kita boleh lolos dari amarahNya dan memperoleh hidup
kekal. Mari kita hidupi hidup ini dengan penuh tanggung jawab kepada Tuhan
kita.
Gambar diambil dari: http://discipleday.com/wp-content/uploads/2013/03/three-crosses-1024x890.jpg
Comments
Post a Comment