Bagian selanjutnya dari surat Paulus ini memperingatkan
bahwa janganlah kita sebagai umat Tuhan memadamkan api dari Roh Kudus dalam
hidup kita. Dalam konteks jemaat Tesalonika, hal ini terjadi karena jemaat
Tesalonika menolak interpretasi Injil yang disampaikan kepada mereka. Paulus
mengatakan agar mereka jangan membencinya, melainkan mengujinya dan memegang
apa yang baik.
Interpretasi Injil memang adalah suatu medan
peperangan yang tidak ada habis-habisnya. Sejak zaman bapa-bapa gereja sampai
sekarang, gereja sejati selalu diperhadapkan dengan peperangan interpretasi
melawan bidat-bidat yang berkembang di masa masing-masing gereja. Oleh karena providensia
Allah, maka Allah selalu menjaga interpretasi yang sejati sepanjang sejarah
gereja. Maka kita tidak boleh meremehkan atau mengabaikan perang interpretasi
ini dan mengatakan, “Yang penting hidup bahagia.” Karena hal ini persoalan
berbagian dalam umat Allah atau menjadi yang Dia buang. Oleh sebab itu Paulus
menyatakan janganlah kita membenci interpretasi-interpretasi ini. Karena memang
mau tidak mau, pembacaan Injil haruslah kita interpretasikan. Tinggal
permasalahannya adalah, bagaimana kita mengetahui interpretasi mana yang benar.
John Calvin yang menjadi motor penggerak dari
gerakan reformasi membawa pesan bahwa kita harus kembali kepada Alkitab yang
adalah Firman Tuhan sebagai pusat interpretasi. Maka kita dapat menyimpulkan,
syarat dasar dari interpretasi yang valid adalah bahwa interpretasi tersebut
harus sejalan dengan seluruh bagian dari Alkitab. Jika ada interpretasi baru
yang tidak berdasarkan dari Alkitab, maka sudah pasti ajaran tersebut adalah
bidat.
Kedua, seperti yang sudah dijelaskan di
atas, Tuhan memimpin dan menjagai ajaran sejati dalam gereja sejati sepanjang
sejarah gereja di dunia ini. Oleh sebab itu, sudah pasti bahwa ketika mereka
menginterpretasi berdasarkan eksegese Alkitab, tidak mungkin interpretasi
tersebut bertentangan dengan interpretasi sepanjang sejarah gereja. Memang belum
tentu sama, namun pasti tidak bertentangan. Karena Tuhan sendiri mewahyukan
diriNya kepada manusia secara bertahap dari zaman ke zaman. Hal ini membuat
kita sadar bahwa mungkin interpretasi bapa-bapa gereja dulu tidaklah sempurna.
Terakhir, hal yang perlu kita perhatikan
adalah, tujuan dari interpretasi ini haruslah satu, yaitu mengenal Allah lebih
baik dan hidup seturut kehendakNya. Jika ada interpretasi yang tidak membuat
kita mengenal Allah lebih baik, namun justru menekankan kekayaan, kemewahan,
mujizat dan hal-hal serupa, hal tersebut sudah pasti bukanlah interpretasi yang
benar. Karena Kristus selalu menekankan hidup yang memikul salib dan meneladani
hidupNya.
Kiranya kita sadar dan peduli akan
interpretasi-interpretasi yang beredar di dunia ini sekarang. Janganlah mau
dibodohi dengan orang-orang yang mengatakan bahwa ia mendengar langsung suara
Allah dan mengutarakan hal yang di luar Alkitab karena hal tersebut pastilah
bidat. Mari kita semua kembali ke ajaran yang benar agar kita dapat mengenal
Allah kita dengan lebih baik dan dapat hidup seturut dengan kehendakNya dalam
hidup kita.
Gambar diambil dari: http://stpaulsseminary.in/wp-content/gallery/seminary-pics/st_paul_preaching.jpg
Comments
Post a Comment