Pada bagian terakhir dari surat ini, Paulus
menyatakan hal terakhir untuk menyempurnakan suratnya. Paulus menyatakan bahwa ia
dengan autoritasnya sebagai rasul mengharuskan jemaat Tesalonika untuk
membacakan surat ini kepada semua jemaat yang lain termasuk yang lemah hati dan
diam. Hal ini dilanjutkan Paulus dengan pernyataan bahwa anugerah dari Yesus Kristus
bersama mereka.
Jika kita mengaitkan dua hal ini, maka kita
dapat menarik kesimpulan akan betapa pentingnya bertukar Firman satu sama lain.
Paulus mengharuskan jemaat Tesalonika untuk mereka berbagi Firman dalam surat
yang ia tulis kepada jemaat lainnya. Lalu ia mengatakan bahwa anugerah Kristus
bersama mereka. Hal ini menunjukkan anugerah besar yang Paulus harap jemaat Tesalonika
dapatkan adalah Firman yang dibagikan satu sama lain diantara mereka. Paulus
tidak merelasikan anugerah yang ia katakan dengan uang, kesehatan, kemakmuran
atau segala hal yang ditawarkan oleh dunia.
Hal ini menerobos seluruh interpretasi
zaman ini mengenai anugerah. Banyak gereja pada zaman ini sudah terjerat
teologi sukses dan mengidentikan berkat dengan kesuksesan, kemakmuran dan
kesembuhan. Padahal Paulus menyatakan bahwa Firman yang ia tulis dalam suratnya
merupakan anugerah besar jika dapat dibagikan ke jemaat-jemaat lainnya. Dunia ini
sudah salah kaprah mendefinisikan apa itu anugerah. Anugerah terbesar setelah
penebusan manusia dapat dikatakan adalah bagaimana manusia dapat mengerti
Firman Allah sendiri. Maka harusnya itulah yang kita cari. Itulah yang
seharusnya kita kejar dan jadikan pusat dari hidup kita.
Mari kita merefleksikan apa arti anugerah
bagi kita. Apa yang kita minta ke Tuhan dalam doa kita sehari-hari? Apakah itu
merupakan anugerah sejati yang dituliskan dalam Alkitab? Tuhan mewahyukan
diriNya melalui Alkitab bukanlah sebuah kebetulan atau main-main belaka. Mari
kita tunduk kepada Alkitab sebagai Firman Tuhan bagi kita.
Gambar diambil dari: http://www.alaska-in-pictures.com/data/media/13/sun-light-from-above_1042.jpg
Comments
Post a Comment