Pada
perikop ini Paulus hendak menyampaikan kepada jemaat Tesalonika kebenaran berkaitan
dengan akhir zaman dan kedatangan Yesus untuk kedua kalinya ke dunia ini.
Jemaat Tesalonika pada surat Pualus yang pertama sedang dialami keraguan akan
kemana saudara seiman mereka pergi ketika mereka meninggal dan melalui suratnya
yang pertama, Paulus menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian pada surat kedua
ini ditulis, masalah jemaat Tesalonika adalah adanya kabar-kabar palsu yang
menyatakan bahwa akhir zaman itu telah tiba dan Paulus dengan jelas menyatakan
pada perikop ini bahwa akhir zaman
tersebut tidak akan datang sampai timbulnya orang-orang yang mentuhankan diri
mereka, namun Paulus memastikan bahwa pada akhirnya ketika nanti Kristus
datang, Dia akan datang memusnahkan orang-orang yang tidak menTuhankan Dia.
Oleh sebab itu, kita sebagai manusia dituntut untuk selalu setia kepadaNya.
Jikalau
kita merefleksikan hal ini kepada konteks zaman ini, kita haruslah melihat diri
kita begitu pragmatis dengan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kita bahkan
tidak peduli akan apakah Kristus akan datang atau tidak, karena hal tersebut Nampak
begitu jauh bagi kita. Hal ini merupakan kesalahan yang fatal juga, karena kita
banyak hidup hanya dengan berorientasi dengan hari ini dan tidak melihat apa
yang nanti akan datang.
Hidup berorientasi
pada zaman ini tentu bukan hal yang sepenuhnya buruk. Kita hidup berespon dari
apa yang terjadi saat ini dan pada hari datang dalam jangka waktu yang singkat.
Dengan berespon dengan benar, kita memang dapat hidup dengan baik. Namun hal
tersebut tetap berbeda dengan orang-orang yang mengorientasikan hidup mereka
pada kekekalan. Orang yang berorientasi pada kekekalan memiliki sumber api yang
tidak terbatas. Mereka menghidupi hidup yang benar-benar dijaga selagi terus
mengabarkan Injil dan tidak takut akan apa yang menghadang mereka dalam proses
pengkabaran Injil.
Ambil
contoh Stefanus yang mati dirajam batu oleh orang Israel sendiri. Dia dirajam
batu bukan karena hal yang salah, melainkan justru karena melakukan hal yang
benar. Dia tahu dengan pasti ketika ia sudah dibawa ke pengadilan, dia akan
dihukum mati jika menyatakan kebenaran. Namun apakah itu menghentikannya untuk
menyatakan Kristus? Bagaimana seorang Stefanus dapat memiliki hati yang begitu
kuat dan iman yang tak tergoyahkan? Tentu karena anugerah Tuhan saja. Namun
saya percaya bahwa Stefanus mengerti dan percaya akan pengharapan yang Tuhan
berikan dalam kedatanganNya yang kedua kali. Percaya akan kemenangan pasti yang
akan didapatkan orang percaya.
Perbedaan
orang yang hidup berorientasi pada zaman ini dan kekekalan terlihat jelas dari
bagaimana orang tersebut memandang pengharapan Kristus. Orang yang hidup
berorientasi pada zaman ini melihat kematian Kristus memang telah menyelamatkan
dirinya, namun tidak punya keyakinan akan hidup yang menang dari dosa.
Sebaliknya, orang yang berorientasi pada kekekalan juga percaya kematian
Kristus menyelamatkan dirinya juga, namun hal tersebut belum selesai sampai
disana. Masih ada kemenangan besar yang belum digenapi sepenuhnya sebelum
kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Dari sana akan timbul sebuah api yang
berkobar yang terus siap sedia dipakai untuk mempersiapkan kedatanganNya yang
kedua kali.
Kiranya
kita semua dapat hidup tidak hanya melihat kematian Kristus yang di belakang
kita, namun melihat juga kedatangan Kristus yang kedua kalinya sebagai sumber
kekuatan bagi kita. Agar hidup kita boleh terus penuh dengan harapan dan terus
berapi agar siap dipakai olehNya. Sehingga hidup kita yang hanya satu kali ini,
boleh menjadi landasan untuk kedatanganNya yang kedua kalinya.
Comments
Post a Comment