Renungan ini saya pikirkan ketika membaca kitab Yosua pada
perjanjian lama. Pada pasal 10 dan 11 ketika Yosua berperang bersama bangsa
Israel untuk merebut Israel dari bangsa lain yang menghuni tempat tersebut.
Kedua pasal ini mungkin saja sering dibaca oleh banyak orang, namun jarang ada
orang yang membayangkan betapa ajaibnya kemenangan bangsa Israel pada
peperangan ini.
Pertempuran yang secara khusus menarik terjadi di pasal 11
ketika raja-raja di Israel utara bergabung menjadi satu pasukan koalisi yang
dikatakan dalam Alkitab bahwa jumlah pasukan koalisi tersebut seperti pasir di
tepi laut banyaknya dan itu tidak main-main. Bayangkan saja koalisi dari banyak
bangsa berkumpul menjadi satu untuk melawan suatu bangsa yang relatif kecil,
tentu saja perbadingan jumlah pasukan antara kedua pihak tidak dapat
dibandingkan sama sekali. Mungkin perbandingan antara Israel dan pasukan
koalisi mencapai lebih dari satu banding sepuluh. Hal ini berarti untuk menang,
satu orang Israel harus mengalahkan sepuluh orang lawan mereka. Berdasarkan
banyak kisah perang yang ada di berbagai poin sejarah dunia ini, hal ini
merupakan hal yang dapat dikatakan mustahil. Bahkan dengan taktik sejitu
apapun, panglima seperkasa apapun, tetap perbedaan jumlah yang begitu
signifikan tidak dapat dipungkiri.
Satu-satunya alasan mengapa Israel dapat menang pada
peperangan tersebut adalah karena Israel dipimpin oleh Jehovah Tsebaoth atau
Allah pemimpin bala tentara Allah yang menampakkan diri kepada Yosua. Bahkan
sebelum peperangan tersebut. Hal ini memberikan Yosua iman bahwa mereka pasti
menang, karena diirnya bukan pemimpin sebenarnya dari pasukan Israel, melainkan
Allah sendiri. Namun hal tersebut tidak cukup membuatnya tidak gentar, bahkan
pada Yosua 11:6 Allah Bapa memberikan penguatan iman kepada Yosua kembali. Hal
ini menyatakan betapa pentingnya peperangan tersebut serta betapa hati Yosua
mengecil melihat jumlah lawannya.
Hal ini serupa dengan peperangan rohani yang kita alami
dalam kehidupan kita masing-masing. Kadang perang tersebut begitu besar, lawan
kita begitu tangguh, kita nampak tidak berdaya melawan musuh-musuh kita. Bahkan
Firman Tuhan yang biasa kit abaca pun serasa menguap ketika menghadapi masalah
berat. Pada masa-masa seperti ini, kita dapat mengingat kondisi Yosua pada saat
itu. Kita harus mengerti bahwa tugas kita hanyalah beriman kepada Allah dan
mempercayakan perang tersebut kepadaNya. Yang akan berperang bukanlah kita,
kita tidak memiliki kekuatan sedikitpun untuk menghadapi tantangan dunia ini,
hanya Tuhanlah sumber segala kekuatan yang kita miliki. Dialah yang berperang
demi kita, ketika kita percaya bahwa Dia pasti menyertai dan menang, maka Ia
akan menyertai kita dan memenangkan kita dari cobaan dunia ini.
Oleh sebab itu, mari kita semua belajar dari bagian Alkitab
ini, bahwa Allah berperang bagi kita. Kita hanya perlu beriman kepadaNya, maka
Dia adalah Allah yang setia kepada janjiNya. Kiranya kita semua percaya dan
menang dalam peperangan rohani kita, agar hidup kita boleh menjadi hidup yang
berkenan bagiNya.
Gambar diambil dari: http://pubtheologian.files.wordpress.com/2011/06/joshua-conquring-the-canaanites3.jpg
Comments
Post a Comment