Paulus melanjutkan suratnya dengan menunjukkan bukan sekedar
kerendaha hati biasa, namun merupakah kerendahan hati yang dibentuk oleh
kesadaran akan betapa dirinya tidak ada apa-apanya jika melihat kemuliaan
Tuhan. Paulus yang merupakan rasul yang paling banyak berperan dalam
pengkabaran injil di kaum kafir atau bangsa selain Israel, mengatakan bahwa
dirinya adalah yang terkecil diantara rasul-rasul lainnya. Namun dia tidak
rendah diri dengan menyatakan bahwa walaupun ia adalah yang terkecil, anugerah
Tuhan memberinya kesempatan dan kemampuan untuk mengabarkan injil di antara
bangsa kafir agar mereka menemukan kekayaan rohani dalam Kristus.
Mengapa hal mengabarkan Injil ke bangsa yang non-Israel
adalah hal yang tidak mudah? Karena bangsa Israel dengan mudah mengetahui bahwa
ada janji akan datangnya Mesias dari cerita nenek moyang mereka. Sedangkan jika
dibandingkan dengan bangsa lain yang tidak memiliki sejarah bersama Allah yang
menyertai mereka, bagaimana mereka dapat percaya? Oleh sebab itu Paulus dalam
pengkabaran Injilnya di tanah asing, selain memang dipersiapkan oleh Tuhan
selama dirinya masih menjadi orang Farisi, Paulus bergantung sepenuhnya kepada
Tuhan untuk berkarya dalam seluruh perjalanannya.
Di sini kita melihat dua buah sisi dari koin yang tidak
mungkin terpisah. Paulus dipilih dari kaum yang intelek untuk dapat mengabarkan
Injil ke tanah bangsa kafir, namun di sepanjang pengkabaran Injilnya, ia
bergantung penuh kepada Tuhan. Bahkan jika kita melihat Kisah Para Rasul,
disana terdapat bagian dimana Paulus ingin mengabarkan Injil ke suatu tempat,
namun karena Tuhan tidak mengijinkan ia terpaksa melanjutkan perjalanannya. 2
sisi koin ini adalah berusaha sebaik-baiknya demi Tuhan dan kedaulatan Allah.
Paulus terus bergantung dan taat sepenuhnya kepada Tuhan. Namun bukan berarti
ia diam begitu saja dan tidak melakukan apa-apa menunggu tanda dari Tuhan. Paulus
berapologetika melawan banyak orang jika memang harus, Paulus berlayar
kesana-kemari untuk mengabarkan Injil, bahkan ketika dipenjarapun ia masih
menulis surat untuk menguatkan jemaat-jemaat di berbagai macam tempat. Inilah
hidup seseorang yang sudah diangkat menjadi anak Allah. Ia mendedikasikan
hidupnya, seluruh usahanya hanya demi memuliakan Tuhan dengan mengabarkan karya
keselamatan dalam Kristus. Namun diatas semua usahanya itu, ada sebuah ketaatan
penuh kepada kedaulatan Allah.
Kita bisa belajar dari sini bagaimana Paulus bersyukur atas
segala anugerah Tuhan yang memberikannya kesempatan untuk melayani di medan
yang tidak mudah. Namun walaupun ia banyak melakukan hal-hal besar, ia tetap
sadar bahwa ia adalah NOTHING. Paulus dapat merumuskan hidupnya secara benar
dengan melayani dengan segenap hidup, bergantung kepada Tuhan dan tidak lupa
untuk sadar siapa dirinya dan mengembalikan kemuliaan kepada Allah saja.
Kiranya kita boleh memegang prinsip Paulus ini dan
menjalankannya dalam seluruh hidup kita. Agar boleh kehendak kita sinkron
dengan kehendak Allah Bapa sendiri.
Comments
Post a Comment