Oleh karena anugerahNya saya diberikan kesempatan untuk
kembali menuliskan renungan saya ini. Kiranya dapat menjadi berkat bagi orang
banyak.
Pada bagian selanjutnya dari perikop ini, Paulus menyebutkan
suatu elemen penting dalam hidup sebagai manusia baru. Paulus mengatakan bahwa
kita haruslah marah atau benci dan tidak berdosa. Janganlah kiranya kita
menyimpan amarah kita terlalu lama agar kita tidak memberikan kesempatan bagi
iblis untuk bekerja melalui amarah kita itu.
Marah adalah salah satu bentuk emosi yang memang sudah ada
diciptakan oleh Tuhan sebagai salah satu akibat manusia mewarisi peta dan
teladan Allah. Namun seiring dengan jatuhnya manusia dalam dosa, satu sifat ini
menjadi alat yang dapat dipakai iblis untuk membuat manusia berdosa. Bukti
marah adalah salah satu sifat Allah banyak terlihat di Perjanjian Lama dan juga
beberapa kejadian di Perjanjian Baru. Dari situ kita dapat mengetahui bahwa
marah seharusnya bukanlah emosi yang berdosa pada asalnya.
Namun seperti yang diungkapkan di atas, marah ini dapat
sekali dipakai oleh iblis untuk berdosa dan melawan Allah. Emosi marah yang
diutarakan manusia zaman ini hampir semuanya merupakan emosi yang berasal dari
iblis: marah karena kemacetan, marah karena ada yang menabrak mobil kita, marah
karena orang terlambat datang dan masih banyak yang tidak dapat disebutkan
lagi. Semua itu adalah marah yang tidak sesuai dengan amarah Tuhan kita yang
SUCI adanya.
Kita tentu haruslah belajar bagaimana bisa marah dengan suci
seperti teladan kita Yesus Kristus. Namun dalam bagian ini, Paulus menekankan
pada pencegahan daripada memunculkan amarah yang suci tersebut. Untuk mencegah
marah kita dipakai iblis lebih jauh untuk melawan Alalh kita, Paulus mengatakan
bahwa haruslah kita tidak boleh marah terlalu lama. Semakin lama amarah kita
ada, semakin menumpuk kemungkinan kita untuk melawan Tuhan.
Oleh sebab itu, kiranya kita sekalian boleh mengontrol emosi
kita dengan bersandar hanya kepada Tuhan saja. Minta kepadaNya untuk boleh
mengatur emosi kita.
Comments
Post a Comment