Pada bagian terakhir dari perikop ini yang membahas mengenai
manusia yang memiliki hidup baru, Paulus menuliskan mengenai bagaimana kita
harus saling memaafkan. Memaafkan menjadi salah satu aspek penting dari hidup
manusia. Manusia yang sudah jatuh dalam dosa adalah manusia yang sulit untuk
memaafkan. Seberapa pentingnya memaafkan ini, sehingga Yesus pun menyebutkannya
dalam doa Bapa kami.
Secara natural manusia yang jatuh dalam dosa akan sulit
memaafkan, karena sejak manusia jatuh dalam dosa, Tuhan telah memberikan
permusuhan itu di hati manusia kepada iblis. Namun hal ini terus berkembang dan
pada kasus Kain dan Habel, amarah yang tidak dikontrol ini berakhir dengan
pertumpahan darah. Kemudian sepanjang sejarah di Alkitab, banyak sekali kasus
dimana amarah yang tidak dikontrol ini menjadi cikal bakal masalah besar. Pada bagian sebelumnya di perikop ini, sudah
dibahas bahwa amarah ini harus dikontrol untuk mencegah iblis menggunakannya
untuk melawan Tuhan. Namun pada bagian terakhir ini, Paulus dengan jitu
menyebutkan bahwa amarah yang surut tidaklah cukup, haruslah kita memaafkan
satu dengan yang lain.
Namun bagaimana kita bisa keluar dari dosa ini? Paulus
menyebutkan dengan jelas bahwa bagi ciptaan yang baru, dosa kita telah
dihapuskan oleh darah Kristus. Hal ini menyebabkan pengampunan dari Allah Bapa
juga terhadap kita semua orang yang percaya pada kematian dan kebangkitan
anakNya. Oleh dasar inilah kita dapat mengampuni orang lain yang bersalah
kepada kita. Jika ada orang yang membangkitkan amarah kita, kita harus ingat,
bahwa kita juga orang yang seharusnya dimurkai Allah dan sudah diampuni oleh
karena Kristus telah mati bagi kita. Mengampuni selain dari dasar ini dapat
dipastikan bahwa pengampunan tersebut memiliki orientasi kepada diri.
Kiranya kita dapat memaafkan kesalahan satu dengan yang
lain. Agar boleh Tuhan dipermuliakan lewat hidup kita.
Comments
Post a Comment