Paulus melanjutkan surat kepada jemaat di Efesus ini dengan
memberikan contoh selanjutnya. Paulus mengatakan janganlah kita ditipu oleh
kata-kata yang kosong, karena amarah Tuhan akan menimpa the sons of disobedience. Frase the sons of
disobedience lebih jelas mendeskripsikan ayat ini daripada terjemahan bahasa
Indonesianya: durhaka.
Sons of disobedience dapat diartikan anak-anak dari
ketidaktaatan. Ketidaktaatan disini melambangkan iblis itu sendiri. Menjadi
anak dari ketidaktaantan berarti menjadi anak dari iblis. Apa esensi menjadi
seorang anak? Esensi menjadi seorang anak dalam disimplifikasi menjadi taat kepada
orang tua. Jadi ketika Paulus mengatakan hal ini, Paulus mengacu pada
orang-orang yang tunduk kepada kehendak iblis dan menjadi lawan dari Tuhan.
Dengan kita kalah terhadap dosa, maka kita menjadi sons of disobedience.
Padahal seharusnya, kita umat Kristen yang sudah dipanggil keluar dari dosa
oleh Allah Bapa yang dimungkinkan oleh kematian AnakNya yang tunggal di kayu
salib, diberi kekuatan untuk menang dari dosa ini. Namun dosa tidak bisa kita
harapkan untuk mati dengan sendirinya. Kita harus memeranginya secara aktif.
Namun kita juga tidak dapat menang dengan kekuatan kita. Hanya kekuatan dari
Tuhanlah yang dapat menjadi kekuatan kita untuk mengalahkan kuasa dosa dalam
hidup kita.
John Owen, seorang puritan mengatakan, “Be killing sin, or it will be killing you.” Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa hidup kita hanya bisa
menjadi dua kutub: membunuh atau dibunuh, menang atau kalah, setia atau tidak
setia, memuliakan Tuhan atau mempermalukan Tuhan. Kita tidak bisa berada di
tengah-tengah diantara kedua kutub tersebut.
Marilah kita memilih
jalan hidup kita dengan benar sesuai dengan kehendak Alalh. Agar hidup ini boleh
menaati setiap perintah yang diberikan oleh Alalh kita dan boleh kemuliaanNya
dinyatakan melalui hidup kita.
Comments
Post a Comment