Bagian terakhir dari berjalan dalam ketaatan ini ditutup
oleh Paulus dengan bagaimana seorang tuan harus berlaku kepada hambanya. Jika
hamba dituntut untuk taat kepada tuannya, maka seorang tuan harus memperlakukan
hambanya dengan layak. Paulus mengatakan janganlah seorang tuan menganiaya
hambanya, karena kita harus sadar bahwa Tuhan mereka juga adalah Tuhan dan tuan
kita di sorga. Jadi apa yang diperlakukan kepada sang hamba, akan diperlakukan
dengan sama kepada sang tuan, tidak ada toleransi.
Tipologi Kristus dan gerejaNya haruslah kita tetap ingat
dalam membaca hal ini. Sebagaimana Kristus mengasihi hambaNya yang Dia pilih,
maka seorang tuan juga harus mengasihi hambanya. Terlebih lagi karena kita
harus melihat sang tuan dan sang hamba berposisi setingkat dalam kerajaan
Sorga, yaitu sama-sama saudara seiman, maka ini menambah alasan mengapa kita
harus dengan adil memperlakukan hamba kita.
Namun kita perlu ingat bahwa, seorang tuan harus menggambar garis pembatas
yang jelas antara siapa tuan dan siapa hamba dengan hambanya. Hal ini untuk
mempertegas ordo yang tidak boleh rusak juga. Jika kita melihat hubungan
Kristus dan gerejaNya, walaupun Kristus mengasihi gerejaNya, namun Kristus
tetap membatasi diriNya sebagai Tuhan dan kita sebagai umatNya. Jika kita
terlalu dekat dengan hamba kita, maka suatu saat kita akan diremehkan oleh
hamba kita dan sekali lagi ordo akan kacau balau yang akan menyebabkan hal-hal
buruk lainnya.
Kiranya kita sekalian boleh belajar bagaimana menjadi
seorang tuan yang benar di hadapan Tuhan. Agar relasi kita dengan hamba kita
pun dapat kita persembahkan kepada Tuhan sebagai persembahan yang harum
bagiNya.
Comments
Post a Comment