Paulus kembali melanjutkan harapan
terdalamnya, agar jemaat di Kolose boleh diperkuat oleh kekuatan Allah sendiri
yang mulia untuk dapat bertahan dan bersukacita serta mengucap syukur kepada Allah Bapa yang telah memilih
kita sejak dunia belum dijadikan untuk mengambil bagian dalam pewarisan
orang-orang kudus dalam terang.
Kekuatan adalah hal yang sangat
menjadi factor yang mendeifinisikan orang pada zaman itu. Oleh sebab itu,
orang-orang Romawi banyak yang mencari-dewa-dewi untuk memperkuat kekuatan
mereka. Namun Paulus mengahrapakan kekuatan lain, yang bukan untuk diri, namun
untuk boleh memuliakan Tuhan. Pertanyaan yang harus kita renungkan adalah, “untuk
apa saya meminta sesuatu kepada Tuhan?”
Kita pasti sering meminta sesuatu
kepada Tuhan dalam doa kita. Mulai dari kesehatan, kelancaran, penyertaan sampai
ke pelayanan kemungkinan besar pernah kita minta kepada Tuhan. Namun mari kita
melihat sekali lagi, untuk apa kita meminta hal tersebut. Untuk apa kita
meminta kesehatan? Untuk apa kita meminta kelancaran? Bahkan motivasi kita
untuk meminta penyertaan pun mungkin berpusat pada diri kita sendiri.
Alkitab mengajarkan kita, agar kita
boleh menyelaraskan apa yang kita inginkan dengan apa yang Tuhan inginkan.
Barulah setelah itu, doa kita pasti dikabulkan oleh Tuhan. Namun hal ini
merupakan tantangan yang berat bagi setiap orang Kristen. Setiap saat kita
harus menilik diri kita, apakah hidup kita sudah mengarah kepada Tuhan? Jika
belum kita harus segera mengoreksi hidup kita agar boleh kembali ke jalan yang
benar.
Kiranya hidup kita boleh menjadi hidup
yang Theosentris, dimana Tuhan yang menjadi inti dari hidup kita. Supaya segala
apa yang kita lakukan, termasuk berdoa, memiliki motivasi yang kudus dan boleh
menjadi pernyataan kasih kita terhadap Tuhan.
Gambar diambil dari: http://www.theocentric.com/assets/leprosy.jpg
Comments
Post a Comment