Selanjutnya, Paulus bertanya menantang jemaat di Kolose
mengenai iman mereka tentang kematian Kristus. Paulus bertanya kepada jemaat
Kolose, jika dengan Kristus mereka telah mati bersama roh-roh dunia, mengapa
mereka harus tunduk terhadap aturan-aturan duniawi lagi yang berdasarkan ajaran
manusia berdosa.
Pertanyaan ini menantang jemaat Kolose untuk kembali beriman
kepada karya keselamatan Kristus yang mereka percayai. Jemaat Kolose telah
menerima Injil yang sejati dari Epafroditus. Injil ini tentu dengan jelas
menyatakan bahwa Kristus telah mati di kayu salib dan bersamaan dengan
kematianNya, kuasa kegelapan pun ikut tunduk di bawah kakiNya. Jemaat Kolose
mengetahui hal ini dan bersukacita mengenai hal ini. Namun akibat ajaran-ajaran
yang tidak bertanggung jawab, iman mereka mengenai kecukupan kematian Kristus
mulai goyah. Pertanyaan ini diajukan Paulus untuk menantang jemaat Kolose yang
goyah untuk boleh kembali beriman kepada Kristus.
Bagaimana jika pertanyaan yang sama ini diajukan kepada kita
yang hidup pada zaman ini? Apakah kita bisa menjawab mengapa kita tetap
berkubang dengan dosa? Betapa malunya kita sebagai orang yang sudah ditebus,
sama seperti Paulus yang juga ditebus, namun kita tidak dapat menghadapi
pertanyaan ini.
Jawaban yang benar dari pertanyaan ini hanyalah satu, yaitu
karena kita masih mencintai dosa. Menjawab pertanyaan ini dengan jujur sama dengan
kita mengaku dosa kita. Namun untuk kita dapat mengaku dosa ini, butuh dorongan
dari Roh Kudus yang menghancurkan hati kita ketika Dia membawa dosa kita
dihadapan kesucian Allah. Di depan kesucianNya, kita akan dapat melihat betapa
hinanya hidup kita ini. Dari situ maka kita bisa menjawab pertanyaan ini dengan
jujur dan bertobat kembali ke jalan yang benar.
Mari kita mengingat Daud, satu tokoh Alkitab lain yang meresponi
hardikan dari Natan, yang secara autoritas dan status dibawahnya. Daud mengerti
dibalik sosok Natan yang lebih rendah darinya, ada sosok Allah suci yang tak
terbatas. Daud langsung mengaku dosanya dan bertobat kembali mengikut Tuhan
lagi. Kiranya kita bisa hidup mencontoh Daud dalam menjawab pertanyaan Paulus
ini.
Gambar diambil dari: http://cyberbrethren.com/wp-content/uploads/2013/02/repentance.jpg
Comments
Post a Comment