Jika sekarang kita sudah tahu bagaimana cara membangun
jembatan spiritual ini, apakah masalah kita sudah selesai? Tentu saja belum.
Karena untuk membangunnya, sekalipun kita sudah tahu cara bagaimana kita harus
membangunnya, tetap ini bukan pekerjaan yang mudah dilakukan. Banyak pergumulan
yang harus dilewati untuk mencapai titik dapat tunduk kepada kedaulatan Allah.
Seperti sudah disinggung di bagian sebelumnya, bahwa manusia
akan sangat sulit sekali untuk dapat tunduk kepada autoritas dengan rela hati.
Hal ini membawa kita pada hati yang bebal. Hati yang bebal ini adalah masalah
yang menghalangi kita untuk membangun jembatan ini. Perjalanan untuk
melembutkan hati yang bebal ini merupakan perjalanan yang panjang dan terus
berlangsung tanpa akhir. Sekali saja kita berhenti mengingatkan diri kita untuk
memiliki hati yang lembut, maka secara natural hati kita akan menentang
autoritas Allah atas hidup kita. Oleh sebab itu, kita harus secara aktif
meminta Roh Kudus menyadarkan kita akan kedaulatan Allah atas hidup kita dan
menundukkan hati kita agar boleh taat kepadaNya.
Hal lain yang sering sekali terjadi tentu adalah
permasalahan mematikan dosa. Berapa kali kita dalam hidup tetap melakukan hal
yang salah walaupun hati kita sudah menegur kita? Berapa kali kita mengabaikan
hati nurani yang sudah ditanamkah Allah dalam diri kita? Pasti hal ini terjadi
berkali-kali. Hal ini dapat terjadi karena dua hal yang berkaitan: ketetapan
hati yang mudah goyah dan kecintaan kita terhadap dosa. Ketetapan hati kita
yang mudah goyah tentu dipengaruhi oleh faktor kedua yaitu kecintaan kita
terhadap dosa. Namun ada hal lain yang lebih genting dari hal tersebut.
Kita sebagai manusia terbiasa untuk hidup mengandalkan diri
kita sendiri dalam berbagai macam hal. Memang di suatu sisi kita dituntut untuk
dapat hidup mandiri. Namun hal tersebut tidak akan berhasil dalam menetapkan
hati. Tanpa campur tangan Tuhan melalui Roh Kudus dalam hidup kita, maka sekuat
apapun kita membuat ketetapan hati kita untuk mematikan dosa, maka kita tetap
akan gagal pada akhirnya. Mengandalkan hati nurani untuk menetapkan hati
tidaklah cukup untuk membuat hati kita bertekad untuk menang terhadap dosa.
Faktor kedua ini adalah masalah arah hati kita. Hati manusia
berdosa adalah hati yang jahat. Semua yang dikehendakinya pasti adalah jahat.
Ketika kita bertobat dengan percaya kepada Kristus, arah hati kita harus
berubah. Namun arah hati ini sering sekali kehilangan fokus terhadap apa yang
mulia. Kita terlalu sering menoleh ke belakang dan kembali hati kita terpikat
oleh apa yang kita tinggalkan. Hal inilah yang menyebabkan hati kita sering
terpikat dengan dosa walaupun kita sudah bertobat. Pergumuluan untuk meluruskan
arah hati kita ini juga merupakan pergumulan yang terus kita gumulkan. Setiap
saat harus kita ingatkan hati kita untuk kembali ke arah yang benar.
Pergumulan yang kita harus jalani demi membangun jembatan
ini tidaklah mudah. Hati kita harus benar-benar kita jaga setiap saat agar
boleh suci dan mengarah kepada Tuhan saja. Seperti tertulis di Amsal 4:23, dari
hati kita akan terpancarkan hidup kita. Jika hati kita serong, maka hidup kita
akan serong, jika hati kita lurus, maka hidup kita juga akan lurus. Mari kita
bergumul dengan benar terus-menerus sepanjang hidup, agar hidup kita boleh terus
terjaga dan mengarah pada Tuhan saja.
SOLI DEO GLORIA!
Gambar diambil dari: http://www.mick-armitage.staff.shef.ac.uk/anne/bridge.jpg
Comments
Post a Comment