Natal hampir tiba lagi pada tahun ini.
Tidak terasa sudah setahun berlalu sejak post pertama diluar eksposisi surat.
Natal di GRII Karawaci tahun ini dirayakan dua kali: pertama untuk remaja dan
pemuda pada tanggal 8 Desember serta natal untuk umum pada hari ini tanggal 15
Desember. Tema sentral dari kedua kebaktian natal ini adalah ungkapan syukur
Maria ketika ia menerima kabar bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Mesias
ke dunia ini. Cerita yang mungkin kita sudah terlalu sering dengar ini mungkin
sudah kita hapal di luar kepala. Namun sedikit dari orang yang sadar betapa
besar pergumulan Maria pada saat itu, namun ia tetap memuliakan Allah ditengah
pergumulannya.
Pergumulan besar ini dimulai dengan
statusnya dengan Yusuf sebagai tunangannya pada waktu itu. Pertunangan pada
adat Israel memiliki ikatan yang jauh lebih kuat daripada pertunangan pada
zaman ini. Ikatannya hampir sama dengan pernikahan yang tanpa hubungan intim.
Dalam status seperti ini, Maria didatangi malaikat dan diberi tahu bahwa ia
akan mengandung dan melahirkan tanpa suami. Bayangkan apa yang orang-orang lain
katakana jika melihat Maria hamil tanpa suami. Sudah pasti semua orang mengira
bahwa ia adalah wanita tidak benar yang sudah tidur dengan laki-laki lain
selain suaminya sebelum masa pernikahan terjadi. Bayangkan malu yang harus ia
tanggung atas pandangan orang terhadap dirinya yang hamil di luar nikah.
Ditambah lagi Yusuf pasti akan meninggalkan dia karena mengira ia tidur dengan
laki-laki lain. Namun walaupun mengetahui semua hal tersebut, Maria mengatakan,
“Behold, I am the servant of the
Lord; let it be to me according to your word.”(Lukas 1:38) Maria dengan
taat menerima kehendak Allah tersebut.
Namun di tengah pergumulan yang sulit ini,
Maria bukan mengeluh atau menyesal sudah menerima kehendak Allah. Dia justru
memuliakan Allah dengan pujian yang kemudian diambil oleh Mendelssohn untuk
dijadikan sebuah karya agung. Dalam pujiannya pada Lukas 1:46-55, terdapat
banyak hal yang dapat kita pelajari dari kerohanian Maria. Salah satu yang
paling penting adalah pernyataan Maria pada ayar 49 dimana Maria menyatakan
bahwa seluruh bangsa akan menyebut dia orang yang diberkati karena Allah
menggunakan dirinya sebagai alat untuk melakukan pekerjaanNya yang besar. Hal
ini menyatakan satu aspek dalam keKristenan yangs sering dibiarkan terlupakan,
sukacita yang melimpah ketika dapat dipakai Allah walaupun kita tahu kita akan
mengalami kesulitan dan rintangan yang besar dalam prosesnya.
Seperti yang sudah dibahas di atas, Maria
memiliki banyak sekali pergumulan yang harus ia selesaikan selama sepanjang
hdup. Namun ia memiliki ketaan kepada Allah lebih besar dari rasa takut
tersebut. Seberapa seringkah kita sebagai umat Kristen yang hidup pada zaman
ini dapat mencontoh hal ini? Sering kali kita berkoar-koar mengenai kebesaran
Allah, namun ketika kita diminta berkorban bagi Allah, banyak yang akan tidak ingin
berkorban bagi Allah melainkan hanya ingin menikmati berkat dariNya. Banyak
pendeta palsu mengerti keinginan manusia ini dan terus berkoar-koar tentang
kekayaan dan kesuksesan yang akan didapat ketika mengikuti Yesus. Padahal
sesungguhnya dia bahkan tidak mengerti apa artinya mengikut Kristus dan hanya
mengejar uang belaka.
Mari kita sebagai umat Kristen yang sejati,
umat terpilih yang sudah diselamatkan semenjak dunia belum dijadikan, boleh
melihat sosok seorang perawan yang sedia menerima begitu banyak beban yang
berat demi pekerjaan Tuhan yang besar terjadi padanya. Kiranya kita boleh
belajar dari Maria dalam peristiwa kelahiran Mesias ini dan boleh menjadi orang
yang rela dipakai oleh Allah walaupun kita harus menederita. Biarlah segala
penderitaan dan pelayanan yang bisa kita naikkan ke Allah, menjadi sukacita
yang besar bagi kita semua dan kita dapat memuji Allah seperti yang Maria dulu
lakukan walaupun kita sadar jalan di depan bukanlah jalan yang mudah.
Soli Deo Gloria!
Comments
Post a Comment