Paulus memasuki bagian terakhir dari
suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika yang berisi doa, jaminan dan
kesimpulan. Paulus memulai bagian terakhir ini dengan sebuah doa yang menyatakan
agar kiranya Allah sang Raja Damai itu menyucikan mereka sehingga seluruh jiwa
dan raga kita boleh tak bercacat ketika kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Paulus menyebutkan God of peace
dengan maksud menyatakan bahwa kita mungkin disucikan karena kita sudah didamaikan
terlebih dahulu dengan Allah Bapa dari murkanya terhadap dosa kita.
Hidup kita sebagai manusia tidaklah mungkin
tanpa dosa. Sejak kejatuhan manusia dalam dosa pada masa Adam dan Hawa, manusia
memiliki hati yang sama sekali menentang Allah. Tanpa dorongan Roh Kudus, maka
kita tidak akan memiliki keinginan untuk hidup selaras dengan Tuhan. Hanya
setelah kita diselamatkan melalui iman kita kepada Yesus Kristus yang telah
mati di atas kayu salib, maka kita disucikan dan dari hari ke hari makin serupa
dengan Kristus. Sehingga kita dapat menyambut kedatangan Kristus yang kedua
kalinya pada saat penghakiman dengan tak bercela.
Sering kali kita umat Kristen terlalu sibuk
melakukan banyak hal sehingga melupakan aspek pertumbuhan rohani diri kita
sendiri. Kesibukan ini bahkan dapat berupa sibuk dalam pelayanan. Ketika kita
diselamatkan, keselamatan itu akan diikuti dengan penyucian. Jika kita tidak
bertumbuh mengenal Allah dengan lebih baik dari hari ke hari kita hidup, maka
ada masalah yang serius dengan kerohanian kita. Kita mungkin saja sangat aktif atau
ahli sekali dalam teologi, namun hal ini tidaklah berguna tanpa pertumbuhan
yang sejati dalam diri kita.
Untuk mengenal seseorang, kita tidak saja
perlu mengetahui tentang dia, namun kita harus berinteraksi langsung dengan
pribadi tersebut. Hal ini dapat dianalogikan bahwa kita mengetahui rasa apel
itu manis, apel itu sehat, apel itu ada bijinya dll. Namun sampai kita memakan
apel tersebut dan benar-benar beinteraksi dengan apel tersebut, kita tidak akan
dapat melihat kenyataan dari apa yang kita bayangkan mengenai apel tadi. Sama
seperti dengan hubungan kita dengan Allah. Kita mungkin mengetahui Allah dari
Alkitab, belajar teologi atau mendengarkan kotbah. Namun tanpa relasi yang
intens dalam pergumulan dan doa, maka mustahil kita dapat mengenal Allah kita
itu seperti apa.
Oleh sebab itu, mari kita semua orang percaya
boleh terus bergumul dan berinteraksi dengan Tuhan kita. Supaya tercipta
hubungan yang semakin lama semakin erat dan kita boelh dituntunNya satu langkah
demi satu langkah dalam hidup ini yang berujung kepada pribadi Kristus yang
sempurna itu. Hingga kita dapat dipakai Allah menjadi saksiNya di dunia ini dan
hidup memuliakan Bapa dan berkenan bagiNya.
Gambar diambil dari: http://www.holy-spirit-led-christian.com/images/holy-spirit-6.jpg
Comments
Post a Comment