Dalam perikop ini, secara
umum Paulus menegaskan kepada jemaat di Tesalonika bahwa kemalasan haruslah
dilawan. Ia mengatakan bahwa janganlah orang membantu orang yang malas, agar
orang tersebut sadar bahwa kemalasan haruslah ditinggalkan. Bahkan Paulus dan
rekan-rekannya mencontohkan bahwa mereka bekerja keras diluar mengabarkan Injil
untuk tidak tergantung kepada jemaat di tempat itu.
Dari bagian tersebut
kita dapat belajar bahwa dalam kehidupan ini, kita tidaklah boleh
bermalas-malasan bergantung kepada orang lain. Sebaliknya, kita sebagai orang
Kristen harus bekerja keras untuk menjadi contoh kepada orang Kristen lainnya dan
menunjukkan kepada orang-orang lain bahwa menjadi seorang Kristen berarti
bekerja keras untuk kemuliaan Tuhan dapat dinyatakan.
Paulus juga memberikan
suatu poin penting mengenai bagaimana kita harus memperlakukan mereka yang
bermalas-malasan. Paulus menyatkaan bahwa kita tidak boleh memperlakukan mereka
sebagai orang luar dan menghina mereka, merendahkan mereka maupun membiarkan mereka
tetap malas. Paulus menyatakan kita harus mengasihi mereka dan memperingati
mereka seperti layaknya seorang saudara memperingati saudaranya.
Pada poin ini kita
belajar perbedaan kekristenan dengan dunia luar. Kekristenan didasarkan akan
kasih yang sempurna dari Allah kepada manusia. Hal ini membuat kita mampu dan
dituntut untuk mengasihi semua orang, termasuk diantaranya yang menghambat kita
atau merugikan kita, karena kita bukan hidup berdasarkan untung atau rugi
melainkan berdasarkan kasih.
Mari kiranya kita
semua menjadi orang yang berintegritas. Bekerja keras dan menjadi contoh untuk
orang-orang di sekitar kita serta terus mendorong mereka yang lemah dan
kesulitan untuk maju. Agar kiranya kita bersama-sama dapat bertumbuh untuk
memuliakan Allah pencipta kita.
Gambar diambil dari: https://biblicalchiasmus.files.wordpress.com/2011/07/love_one_another_.jpg
Comments
Post a Comment